Jumat, 23 Januari 2015

Pengagum Rahasia


Ini adalah buku harian pertamaku, pemberian ibuku. Usiaku 12 tahun saat itu, dan aku tidak pernah menulis satu katapun dalam buku ini, namun keadaan berubah ketika aku bertemu denganmu, seolah kau yang membujukku untuk menulis kisahku setiap hari dalam buku ini. Perlahan aku pun mulai menulis, aneh juga rasanya menulis buku harian untuk pertama kali. Bagaimana hidupku hari ini dan esok, yang akan memenuhi buku ini. Aku mencintai masa SMP ku sekarang, disini sepertinya semua tersenyum dan tertawa. Ada teman, dan ada sahabat yang menemaniku selalu dan.. ada dia yang menjadi salah satu alasan ku datang ke sekolah setiap hari.

Walaupun pertemuanku dengannya tidak seindah yang kuharapkan, setidaknya bisa melihat senyummu dan mendengar kau berbisaja walaupun bukan denganku, setelah sekian lama aku cuma bisa mengaguminya. Jadi bagaimana pun bentuk pertemuan itu, tetap bisa menjadi awal yang indah nantinya.

Cinta, apakah benar-benar ada? Aku pernah menonton sebuah film, yang pesannya bilang "Bahwa jika kamu mencintai seseorang, maka kamu harus mengatakannya begitu momen itu datang. Karena kalau tidak, maka momen itu akan pergi begitu saja dan tak akan pernah datang lagi, lalu kamu akan menyesal."

 Aku disini adalah seorang pengagum rahasiamu dan entah sampai kapan aku seperti ini. Aku hanya bisa memendam perasaan ini didalam hatiku aja, yah seenggaknya aku bisa menyukaimu walau kamu nggak pernah tau itu. Walaupun aku mengungkapkan perasaanku ini kepadamu, aku yakin kamu gak akan membalas perasaanku ini. Karena apa? Karena aku tau, aku bukan seseorang yang kamu dambakan. Aku tau kamu gak bakal bisa menerima kekurangan aku. Aku sering perhatikan kamu dari jauh, liat senyum kamu, liat kamu ketawa. Bahkan aku hafal mimik wajah dan tindakan kamu saat lagi senang maupun sedih, kamu gak tau itu kan? Mungkin menjadi pengagum rahasiamu itu jalan yang terbaik buat aku, aku gak mau mengungkapkan perasaanku walau itu nggak enak banget. Karena cukup bagi aku menjadi orang yang nggak pernah kamu anggap, aku nggak mau lagi menjadi orang yang kamu hindari. Tapi yang perlu aku tanyakan, apakah orang yang sempurna harus berpasangan dengan orang yang sempurna juga?? Apakah orang berada harus berpasangan dengan orang berada juga? Apa itu adil? Entahlah, aku lelah, dan aku telah sampai dimana aku menoleh dan menyadari aku tidak pernah menemukan apa-apa, dan bahwa seumur hidupku aku hanya pura-pura bahagia.
Aku merasa ada yang hilang, tanpa tau apa yang sudah aku temukan. Aku merasa menemukan, tanpa tau apa yang aku cari. Dan aku seperti masih mencari, tanpa tau apa yang sudah hilang
Aku lelah, dan aku telah sampai dimana aku menoleh dan menyadari aku tidak 

Buat kamu ***** ************ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar